Tuesday, December 23, 2014

Kebudayaan Indonesia


Rumah Gadang



Indonesia terdiri dari banyak sekali pulau. Hal ini adalah salah satu faktor mengapa kita memiliki banyak sekali kebudayaan daerah yang berbeda-beda. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaannya masing-masing. Nah, disini saya akan membahas salah satu kebudayaan dari Sumatera Barat, yaitu rumah adatnya.   
Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatera BaratIndonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjuang, sebab di sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjuang  (anjung). Ruang ini digunakan oleh masyarakat setempat sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat.
Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di Negeri SembilanMalaysia. Tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh mendirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari (istilah nagari menggantikan istilah desa, yang digunakan di provinsi lain di Indonesia) saja Rumah Gadang ini boleh didirikan.
Dalam proses pendirian rumah gadang ini terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan. Rumah Gadang biasanya dibangun diatas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun dan hanya dimiliki dan diwarisi dari dan kepada perempuan pada kaum tersebut. Sebelum didirikan, penghulu dari kaum tersebut mengadakan musyawarah dulu dengan keluarga yang bersangkutan. Setelah terjadi kesepakatan dibawa kepada panghulu-panghulu yang ada dalam persukuan dan seterusnya dibawa kepada panghulu-panghulu yang ada di nagari.
Untuk mencari kayu diserahkan kepada orang-orang kampung dan sanak keluarga. Tukang yang mengerjakan rumah tersebut berupa bantuan dari tukang-tukang yang ada dalam nagari atau diupahkan secara berangsur-angsur.
Dilihat dari cara membangun, memperbaiki dan membuka (merobohkan) rumah gadang, ada unsur kebersamaan dan kegotongroyongan sesama anggota masyarakat tanpa mengharapkan balas jasa. Walaupun suatu rumah gadang merupakan milik dan didiami oleh anggota kaum tertentu, namun pada prinsipnya rumah gadang itu adalah milik nagari, karena mendirikan sebuah rumah gadang didasarkan atas ketentuan-ketentuan adat yang berlaku di nagari dan setahu panghulu-panghulu untuk mendirikan atau membukanya.

Fungsi Rumah Gadang
Rumah gadang berfungsi sebagai tempat kediaman keluarga. Sebagai tempat tinggal bersama, rumah gadang mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Ukuran ruang tergantung dari banyaknya penghuni di rumah itu. Jumlah kamar bergantung kepada jumlah perempuan yang tinggal di dalamnya. Jumlah ruangan biasanya ganjil, seperti lima ruang, tujuh, sembilan atau lebih. Setiap perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami memperoleh sebuah kamar. Sementara perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja memperoleh kamar bersama di ujung yang lain. Perbandingan ruang tempat tidur dengan ruang umum adalah sepertiga untuk tempat tidur dan dua pertiga untuk kepentingan umum. Pemberian ini memberi makna bahwa kepentingan umum lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi. Rumah gadang juga berfungsi sebagai lambang kehadiran suatu kaum, sebagai pusat kehidupan dan kerukunan, sebagai tempat melaksanakan berbagai upacara adat, dan sebagai tempat merawat anggota keluarga yang sakit.

Arsitektur
Rumah adat ini memiliki keunikan dalam bentuk arsitekturnya, yaitu puncak atapnya runcing dan menyerupai tanduk kerbau. Atapnya ini dibuat dari bahan ijuk yang dapat tahan sampai puluhan tahun namun belakangan ini, atap rumah ini banyak berganti dengan atap seng. Di halaman depan Rumah Gadang biasanya selalu terdapat dua buah bangunan rangkiang. Rangkiang adalah lumbung padi atau tempat penyimpanan padi milik suatu kaum khas suku Minangkabau. Tidak jauh dari komplek Rumah Gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan dan juga sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut yang belum menikah.

Sebagai suku bangsa yang menganut falsafah alam, garis dan bentuk rumah adat ini kelihatan serasi dengan bentuk alam Bukit Barisan. Coba perhatikan bagian puncaknya yang bergaris lengkung meninggi pada bagian tengah. Lalu, garis lerengnya melengkung dan mengembang ke bawah dengan bentuk persegi tiga.
Rumah Gadang ini dibuat berbentuk persegi panjang dan dibagi atas dua bagian depan dan belakang. Dari bagian luar depan Rumah Gadang biasanya penuh dengan ukiran ornamen dan umumnya bermotif tumbuhan merambat, akar, bunga, daun serta bidang persegi empat dan genjang. Pola akar biasanya berbentuk lingkaran, akar berjajaran, berhimpitan, berjalinan dan juga sambung menyambung. Cabang atau ranting akar berkeluk ke luar, ke dalam, ke atas dan ke bawah.

Sedangkan bagian luar belakang dilapisi dengan belahan bambu. Rumah tradisional ini dibina dari tiang-tiang panjang, bangunan rumah dibuat besar ke atas, namun tidak mudah rebah oleh goncangan, dan setiap elemen dari Rumah Gadang mempunyai makna tersendiri.
Rumah Gadang memiliki tiang yang tidak tegak lurus atau horizontal melainkan mempunyai kemiringan. Hal ini dikarenakan dulu, masyarakat di sana banyak yang datang dari daerah yang dekat dengan laut, sehingga mereka hanya tahu cara membuat kapal dan tidak tahu cara membuat rumah.
Pada umumnya Rumah Gadang mempunyai satu tangga yang terletak pada bagian depan. Sementara dapur dibangun terpisah pada bagian belakang rumah yang didempet pada dinding.



SUMBER :


No comments:

Post a Comment