Tuesday, December 30, 2014

Opini

Apa Pendapat Kamu Tentang Hukumnya Orang Islam Merayakan Tahun Baru Masehi?



 Dalam ajaran agama islam, tidak pernah diajarkan kepada kita untuk menghambur-hamburkan uang atau berlaku ria pada malam pergantian tahun biasa/masehi. Tapi merayakan tahun baru sudah membudaya di negara kita. Sepertinya sayang sekali jika melewatkan malam pergantian tahun tanpa merayakannya.
Perayaan tahun baru masehi sebenarnya adalah pesta orang-orang romawi. Sejak Abad ke-7 SM bangsa Romawi kuno telah memiliki kalender tradisional. Namun kalender ini sangat kacau dan mengalami beberapa kali perubahan. Sistem kalendar ini dibuat berdasarkan pengamatan terhadap munculnya bulan dan matahari, dan menempatkan bulan Martius (Maret) sebagai awal tahunnya.
Pada tahun 45 SM Kaisar Julius Caesar mengganti kalender tradisional ini dengan Kalender Julian. Urutan bulan menjadi: 1) Januarius, 2) Februarius, 3) Martius, 4) Aprilis, 5) Maius, 6) Iunius, 7) Quintilis, 8) Sextilis, 9) September, 10) October, 11) November, 12) December. Di tahun 44 SM, Julius Caesar mengubah nama bulan “Quintilis” dengan namanya, yaitu “Julius” (Juli).
Sementara pengganti Julius Caesar, yaitu Kaisar Augustus, mengganti nama bulan “Sextilis” dengan nama bulan “Agustus”. Sehingga setelah Junius, masuk Julius, kemudian Agustus. Kalender Julian ini kemudian digunakan secara resmi di seluruh Eropa hingga tahun 1582 M ketika muncul Kalender Gregorian.
Janus
Januarius (Januari) dipilih sebagai bulan pertama, karena dua alasan. Pertama, diambil dari nama dewa Romawi “Janus” yaitu dewa bermuka dua, satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang. Hal ini diartikan sebagai masa depan dan masa lalu. Dewa Janus adalah dewa penjaga gerbang Olympus. Sehingga diartikan sebagai gerbang menuju tahun yang baru.
Kedua, karena 1 Januari jatuh pada puncak musim dingin. Di saat itu biasanya pemilihan konsul diadakan, karena semua aktivitas umumnya libur. Di bulan Februari konsul yang terpilih dapat diberkati dalam upacara menyambut musim semi yang artinya menyambut hal yang baru. Sejak saat itu Tahun Baru orang Romawi tidak lagi dirayakan pada 1 Maret, tapi pada 1 Januari.
Bagi orang Kristiani yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa, tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi. Pernah juga disebutkan bahwa kaum Pagan Romawi biasa merayakan pergantian tahun mereka dengan menyalakan kembang api, mengitari api unggun, berkumpul dan bernyanyi bersama, bahkan juga membunyikan lonceng dan meniupkan terompet. Dengan demikian, jelas bahwa perayaan tahun baru masehi bukan ajaran Islam. Tapi masih banyak juga yang bersikeras bahwa merayakan pergantian tahun masehi ini tidak ada hubungannya dengan agama.
Para ulama memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang hukum merayakan tahun baru Masehi. Sebagian mengharamkan dan sebagian lainnya membolehkannya dengan syarat-syarat tertentu.
Ulama yang berpendapat bahwa merayakan pergantian tahun masehi itu hukumnya adalah haram, menyampaikan bahwa orang Islam yang merayakan pergantian tahun masehi itu sudah menyerupai orang kafir yang merayakannya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Siapa yang menyerupai pekerjaan suatu kaum (agama tertentu), maka dia termasuk bagian dari mereka.” H.R. Abu Daud.
Ada juga ulama yang berpendapat bahwa perayaan malam tahun baru masehi tidak selalu berkaitan dengan ritual agama tertentu. Semua tergantung niatnya. Kalau diniatkan untuk beribadah atau ikut-ikutan orang kafir, maka hukumnya haram. Tetapi tidak diniatkan mengikuti ritual orang kafir, maka tidak ada larangannya.
Perayaan Tahun Baru di Indonesia

Tapi bagi kebanyakan orang Islam di Indonesia, kegiatan menyambut tahun baru ini bukan untuk ikut menyembah dewa atau apapun, namun mereka hanya mengikuti kebiasaan yang sudah terbentuk. Even ini biasanya dimanfaatkan untuk berkumpul bersama keluarga dan mengunjungi atau bersilaturahmi dengan para kerabat. Karena biasanya pada pergantian tahun baru ini aktivitas bekerja diliburkan. Tapi memang caranya mungkin menyamai orang-orang kafir, karena seperti yang dikatakan diatas, even ini sudah menjadi budaya di Negara kita. Kita hanya mengikuti kebiasaan orang-orang dulu atau orang-orang disekitar kita. Mungkin nenek moyang kita dulu tidak melakukan perayaan seperti ini, tapi dengan perkembangan zaman, kebudayaan barat mulai masuk ke negara kita dan lama-kelamaan menjadi kebiasaan atau kebudayaan kita juga. Yah intinya, di pergantian tahun ini, kita jangan melakukan hal-hal yang berlebihan dan kalau bisa mungkin kita dapat mengurangi melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat di even tahun baru ini karena sebenarnya, dengan bergantinya tahun, maka umur kita akan bertambah, dan dengan begitu kita akan makin mendekati ajal kita.
Pada dasarnya tulisan ini hanya pendapat saya, mungkin orang lain memiliki pendapat berbeda, atau mungkin ada kesalahan dalam tulisan saya, jadi jika ada, saya minta maaf.

SUMBER TEORI :

SUMBER GAMBAR :

No comments:

Post a Comment